Sesungguhnya aku pernah ingin bersua di dunia
Tak hanya kata yang kau warnai tiap kali namaku tak sengaja terbaca
Atau setiap kali kebaikan yang kau eja semakin menyesakkan dada
Di perhentian terakhirmu, kunanti semilir menjelma suara
Sebab di pusara puisimu, tak kunjung kau goreskan tinta
Sementara waktu semakin menawanku yang diam-diam berharap pada langit yang mulai membawa rapuh hari
Pergi tak kembali
Sebab di pusara puisimu, tak kunjung kau goreskan tinta
Sementara waktu semakin menawanku yang diam-diam berharap pada langit yang mulai membawa rapuh hari
Pergi tak kembali
Bagaimana perasaanmu?
Kesedihan ini terlampau indah, tak ubahnya seluruh cipta yang kau wujudkan
Namun lengkung mata, dua lingkar penuh rahasia milikmu,
Namun lengkung mata, dua lingkar penuh rahasia milikmu,
adalah nada yang selalu ingin kuulang
Layaknya tanya yang tak ingin jauh
Kukejar serpih putih dalam hembusmu
Karena ini bukanlah mimpi di tepian panjang
Kelak kan kutemukan damaiku, dalam nyanyianmu
Kukejar serpih putih dalam hembusmu
Karena ini bukanlah mimpi di tepian panjang
Kelak kan kutemukan damaiku, dalam nyanyianmu
Post a Comment